Posted by : Nakula Aksara
Minggu, 22 September 2013
BADEN
POWELL
Baden
Powell lahir pada tanggal 22 Februari 1857 di London, Nama
sesungguhnya Robert Stephenson Smyth, Ayahnya seorang Profesor
Geometry di Universitas Oxford, bernama Baden Powell, yang meninggal
ketika stephenson masih kecil.
Pengalaman-pengalaman
Baden Powell sejak kecil sangat berpengaruh dengan adanya kegiatan
kepramukaan yang ada sekarang ini. Pengalaman tersebut ditulisnya
menjadi sebuah buku berjudul “Aids
To Scouting”,
yang sebenarnya memberi petunjuk kepada tentara muda Inggris agar
dapat melakukan tugas penyelidik dengan baik. Buku ini sangat
menarik, tidak hanya bagi pemuda bahkan orang dewasa. Tn. William
Smyth sebagai seorang pemimpin Boys Brigade minta agar BP melatih
anggotanya sesuai dengan cerita pengalaman beliau.
Maka
dipanggillah 21 orang pemuda dari Boys Brigade di berbagai wilayah
Negeri Inggris, di ajak berkemah dan berlatih di pulau Brownsea pada
tanggal 25 Juli 1907 selama 8 hari. Tahun 1910 BP minta pensiun dari
tentara dengan pangkat terakhir Letnan Jenderal. Beliau mendapat
titel Lord dari Raja George pada tahun 1929. BP menikah dengan Olave
St.Clair Soames pada tahun 1912, dan di anugerahi tiga orang anak. BP
meninggal pada tanggal 8 Januari 1941 di Nyeri, Kenya, Afrika.
SEJARAH
SINGKAT KEPRAMUKAAN SEDUNIA
Pada
awal tahun 1908 BP menulis cerita pengalamannya sebagai bungkus acara
latihan kepramukaan yang dirintisnya. Kumpulan tulisannya itu
kemudian terbit sebagai buku “Scouting
for Boys”.
Buku ini cepat tersebar ke seluruh negeri Inggris, bahkan ke
negara-negara lainnya, dan berdirilah di mana-mana organisasi
kepramukaaan (yang semula hanya untuk anak laki-laki berusia
penggalang) yang disebut Boy Scout. Kemudian disusul berdirinya
organisasi kepramukaan putri yang diberi nama Girl Guides atas
bantuan Agnes, adik perempuan Baden Powell, dan diteruskan oleh Ny.
Baden Powell.
Tahun
1916 berdiri kelompok Pramuka usia Siaga, yang disebut CUB (anak
serigala) dengan buku The Jungle Book, berisi cerita tentang Mowgli
anak didikan rimba (anak yang dipelihara di hutan oleh induk
serigala) karangan Rudyard Kipling sebagai cerita pembungkus kegiatan
Cub tersebut.
Tahun
1918 BP membentuk ROVER SCOUT (pramuka usia penegak) untuk menampung
mereka yang sudah lewat usia 17 tahun, tetapi masih senang giat di
bidang kepramukaan. Tahun 1922 BP menerbitkan buku ROVERING TO
SUCCESS (mengembara menuju bahagia) yang berisi petunjuk bagi para
Pramuka Penegak dalam menghadapi hidupnya, agar mencapai kebahagiaan.
Buku itu menggambarkan seorang pemuda yang harus mengayuh sampannya
sendiri menuju ke pantai bahagia.
Tahun
1920 diselenggarakan Jambore sedunia, di Arena Olympiade, London. BP
mengundang Pramuka dari 27 negara, dan pada saat itu BP diangkat
sebagai bapak Pandu sedunia (Chief Scout of The World).
Gagasan
Baden Powell itu jitu, cemerlang, dan sangat menarik sehingga
dilaksanakan juga di negara-negara lain. Di antaranya di Nederland
(Padvinder, Padvinderij), yang kemudian oleh orang Belanda di bawa
dan dilaksanakan juga di negara jajahannya, termasuk Indonesia dengan
mendirikan organisasi yang bernama NIPV (Nederland Indische
Padvinders Vereeniging = Persatuan Pandu-pandu Hindia Belanda.
AWAL
KEPRAMUKAAN DI INDONESIA
a.
Masa Hindia Belanda
1)
Kenyataan sejarah menunjukkan bahwa pemuda Indonesia mempunyai
saham besar dalam pergerakan perjuangan kemerdekaan Indonesia serta
ada dan berkembangnya pendidikan kepramukaan nasional Indonesia.
Dalam perkembangan pendidikan kepramukaan itu tampak adanya dorongan
dan semangat untuk bersatu, namun terdapat gejala adanya
berorganisasi yang Bhinneka.
2)
Organisasi kepramukaan di Indonesia dimulai oleh adanya cabang
"Nederlandse Padvinders Organisatie" (NPO) pada tahun 1912,
yang pada saat pecahnya Perang Dunia I memiliki kwartir besar sendiri
serta kemudian berganti nama menjadi "Nederlands-Indische
Padvinders Vereeniging" (NIPV) pada tahun 1916.
3)
Organisasi Kepramukaan yang diprakarsai oleh bangsa Indonesia
adalah "Javaanse Padvinders Organisatie" (JPO); berdiri
atas prakarsa S.P. Mangkunegara VII pada tahun 1916.
4)
Kenyataan bahwa kepramukaan itu senapas dengan pergerakan nasional,
seperti tersebut di atas dapat diperhatikan pada adanya "Padvinder
Muhammadiyah" yang pada 1920 berganti nama menjadi "Hisbul
Wathon" (HW); "Nationale Padvinderij" yang didirikan
oleh Budi Utomo; Syarikat Islam mendirikan "Syarikat Islam
Afdeling Padvinderij" yang kemudian diganti menjadi "Syarikat
Islam Afdeling Pandu" dan lebih dikenal dengan SIAP, Nationale
Islamietishe Padvinderij (NATIPIJ) didirikan oleh Jong Islamieten
Bond (JIB) dan Indonesisch Nationale Padvinders Organisatie (INPO)
didirikan oleh Pemuda Indonesia.
5)
Hasrat bersatu bagi organisasi kepramukaan Indonesia waktu itu tampak
mulai dengan terbentuknya PAPI yaitu "Persaudaraan Antara Pandu
Indonesia" merupakan federasi dari Pandu Kebangsaan, INPO, SIAP,
NATIPIJ dan PPS pada tanggal 23 Mei 1928.
6)
Federasi ini tidak dapat bertahan lama, karena niat adanya fusi,
akibatnya pada 1930 berdirilah Kepanduan Bangsa Indonesia (KBI) yang
dirintis oleh tokoh dari Jong Java Padvinders/Pandu Kebangsaan
(JJP/PK), INPO dan PPS (JJP-Jong Java Padvinderij); PK-Pandu
Kebangsaan).
7)
PAPI kemudian berkembang menjadi Badan Pusat Persaudaraan Kepanduan
Indonesia (BPPKI) pada bulan April 1938.
8)
Antara tahun 1928-1935 bermuncullah gerakan kepramukaan Indonesia
baik yang bernafas utama kebangsaan maupun bernafas agama.
kepramukaan yang bernafas kebangsaan dapat dicatat Pandu Indonesia
(PI), Padvinders Organisatie Pasundan (POP), Pandu Kesultanan (PK),
Sinar Pandu Kita (SPK) dan Kepanduan Rakyat Indonesia (KRI).
Sedangkan yang bernafas agama Pandu Ansor, Al Wathoni, Hizbul Wathon,
Kepanduan Islam Indonesia (KII), Islamitische Padvinders Organisatie
(IPO), Tri Darma (Kristen), Kepanduan Azas Katholik Indonesia (KAKI),
Kepanduan Masehi Indonesia (KMI).
9)
Sebagai upaya untuk menggalang kesatuan dan persatuan, Badan Pusat
Persaudaraan Kepanduan Indonesia BPPKI merencanakan "All
Indonesian Jamboree". Rencana ini mengalami beberapa perubahan
baik dalam waktu pelaksanaan maupun nama kegiatan, yang kemudian
disepakati diganti dengan "Perkemahan Kepanduan Indonesia
Oemoem" disingkat PERKINO dan dilaksanakan pada tanggal 19-23
Juli 1941 di Yogyakarta.
b.
Masa Bala Tentara Dai Nippon
"Dai
Nippon" ! Itulah nama yang dipakai untuk menyebut Jepang pada
waktu itu. Pada masa Perang Dunia II, bala tentara Jepang mengadakan
penyerangan dan Belanda meninggalkan Indonesia. Partai dan organisasi
rakyat Indonesia, termasuk gerakan kepramukaan, dilarang berdiri.
Namun upaya menyelenggarakan PERKINO II tetap dilakukan. Bukan hanya
itu, semangat kepramukaan tetap menyala di dada para anggotanya.
c.
Masa Republik Indonesia
1)
Sebulan sesudah proklamasi kemerdekaan Republik Indonesia, beberapa
tokoh kepramukaan berkumpul di Yogyakarta dan bersepakat untuk
membentuk Panitia Kesatuan Kepanduan Indonesia sebagai suatu panitia
kerja, menunjukkan pembentukan satu wadah organisasi kepramukaan
untuk seluruh bangsa Indonesia dan segera mengadakan Konggres
Kesatuan Kepanduan Indonesia.
2)
Kongres yang dimaksud, dilaksanakan pada tanggal 27-29 Desember 1945
di Surakarta dengan hasil terbentuknya Pandu Rakyat Indonesia.
Perkumpulan ini didukung oleh segenap pimpinan dan tokoh serta
dikuatkan dengan "Janji Ikatan Sakti", lalu pemerintah RI
mengakui sebagai satu-satunya organisasi kepramukaan yang ditetapkan
dengan keputusan Menteri Pendidikan, Pengajaran dan Kebudayaan
No.93/Bag. A, tertanggal 1 Februari 1947.
3)
Tahun-tahun sulit dihadapi oleh Pandu Rakyat Indonesia karena serbuan
Belanda. Bahkan pada peringatan kemerdekaan 17 Agustus 1948 waktu
diadakan api unggun di halaman gedung Pegangsaan Timur 56, Jakarta,
senjata Belanda mengancam dan memaksa Soeprapto menghadap Tuhan,
gugur sebagai Pandu, sebagai patriot yang membuktikan cintanya pada
negara, tanah air dan bangsanya. Di daerah yang diduduki Belanda,
Pandu Rakyat dilarang berdiri,. Keadaan ini mendorong berdirinya
perkumpulan lain seperti Kepanduan Putera Indonesia (KPI), Pandu
Puteri Indonesia (PPI), Kepanduan Indonesia Muda (KIM).
4)
Masa perjuangan bersenjata untuk mempertahankan negeri tercinta
merupakan pengabdian juga bagi para anggota pergerakan kepramukaan di
Indonesia, kemudian berakhirlah periode perjuangan bersenjata untuk
menegakkan dan mempertahakan kemerdekaan itu, pada waktu inilah Pandu
Rakyat Indonesia mengadakan Kongres II di Yogyakarta pada tanggal
20-22 Januari 1950.
5)
Kongres ini antara lain memutuskan untuk menerima konsepsi baru,
yaitu memberi kesempatan kepada golongan khusus untuk menghidupkan
kembali bekas organisasinya masing-masing dan terbukalah suatu
kesempatan bahwa Pandu Rakyat Indonesia bukan lagi satu-satunya
organisasi kepramukaan di Indonesia dengan keputusan Menteri PP dan K
nomor 2344/Kab. tertanggal 6 September 1951 dicabutlah pengakuan
pemerintah bahwa Pandu Rakyat Indonesia merupakan satu-satunya wadah
kepramukaan di Indonesia, jadi keputusan nomor 93/Bag. A tertanggal 1
Februari 1947 itu berakhir sudah.
6)
Mungkin agak aneh juga kalau direnungi, sebab sepuluh hari sesudah
keputusan Menteri No. 2334/Kab. itu keluar, maka wakil-wakil
organisasi kepramukaan mengadakan konfersensi di Jakarta. Pada saat
inilah tepatnya tanggal 16 September 1951 diputuskan berdirinya
Ikatan Pandu Indonesia (IPINDO) sebagai suatu federasi.
d.
Pada 1953 Ipindo berhasil menjadi anggota kepramukaan sedunia
1)
Ipindo merupakan federasi bagi organisasi kepramukaan putera,
sedangkan bagi organisasi puteri terdapat dua federasi yaitu PKPI
(Persatuan Kepanduan Puteri Indonesia) dan POPPINDO (Persatuan
Organisasi Pandu Puteri Indonesia). Kedua federasi ini pernah
bersama-sama menyambut singgahnya Lady Baden-Powell ke Indonesia,
dalam perjalanan ke Australia.
2)
Dalam peringatan Hari Proklamasi Kemerdekaan RI yang ke-10 Ipindo
menyelenggarakan Jambore Nasional, bertempat di Ragunan, Pasar Minggu
pada tanggal 10-20 Agustus 1955, Jakarta.
3)
Ipindo sebagai wadah pelaksana kegiatan kepramukaan merasa perlu
menyelenggarakan seminar agar dapat gambaran upaya untuk menjamin
kemurnian dan kelestarian hidup kepramukaan. Seminar ini diadakan di
Tugu, Bogor pada bulan Januari 1957.
4)
Seminar Tugu ini menghasilkan suatu rumusan yang diharapkan dapat
dijadikan acuan bagi setiap gerakan kepramukaan di Indonesia. Dengan
demikian diharapkan kepramukaan yang ada dapat dipersatukan. Setahun
kemudian pada bulan November 1958, Pemerintah RI, dalam hal ini
Departemen PP dan K mengadakan seminar di Ciloto, Bogor, Jawa Barat,
dengan topik "Penasionalan Kepanduan".
5)
Kalau Jambore untuk putera dilaksanakan di Ragunan Pasar
Minggu-Jakarta, maka PKPI menyelenggarakan perkemahan besar untuk
puteri yang disebut Desa Semanggi bertempat di Ciputat. Desa Semanggi
itu terlaksana pada tahun 1959. Pada tahun ini juga Ipindo
mengirimkan kontingennya ke Jambore Dunia di MT. Makiling Filipina.
6)
Nah, masa-masa kemudian adalah masa menjelang lahirnya Gerakan
Pramuka.
Related Posts :
- Back to Home »
- Pengetahuan Kepramukaan »
- Sejarah Kepramukaan Indonesia dan Dunia
